Kumbang Tomcat yang akhir-akhir ini menjadi pemberitaan karena dikabarkan menyerang beberapa wilayah di Jawa Timur nampaknya harus kita kenali lebih dalam.
Serangga Tomcat di Indonesia banyak dikenal sebagai 'Semut Semai' atau 'Kumbang Rove'. Serangga 'Tomcat' biasanya berada di pohon bakau atau mangrove.
Tomcat juga masuk ke dalam keluarga serangga kumbang Staphylinidae, yang terbagi menjadi empat jenis yakni Ocypus sp., Tachyporus Obtusus, Ocypus Olens dan Paederus Littoralis.
Tomcat memiliki warna tubuh kuning gelap bergaris hijau dan kepala gelap. Tubuhnya bersayap meski kadang-kadang merayap.
Meski kumbang Tomcat tidak menggigit atau menyengat, kumbang itu dapat mengeluarkan toksin atau racun bila bersentuhan dengan kulit manusia secara langsung.
Racun yang terkandung dalam serangga ini dikenali sebagai ‘aederin’: (C24 H43 O9). Cairan ini disinyalir 12 kali lebih mematikan dari bisa ular kobra.
Namun racun itu bisa mencemar secara tidak langsung bila manusia bersentuhan dengan baju, atau benda lain yang terkena.
Racun yang dikeluarkan bisa menyebabkan iritasi. Gejala baru muncul dalam waktu 12-36 jam. Dan iritasi dapat berlangsung dari dua sampai tiga pekan.
Bersentuhan dengan kumbang ini, menghancurkannya pada bagian badan atau mengosoknya dengan jari yang kotor akan menyebabkan konjunktivitis dan penyakit kulit yang dikenal dengan herpes, dermatitis linearis, dan aederus dermatitis.
Tomcat senang berada di tempat yang terang penuh cahaya, sehingga sebaiknya hindari berada terlalu dekat dengan cahaya lampu atau minimalkan penggunaan cahaya dekat pintu dan jendela.